Rabu, 26 Oktober 2011

Kenapa saya harus takut kehilangan kamu? 
Saya bahkan tidak pernah benar-benar memiliki kamu. Bukankah definisi kehilangan itu hanya diperbolehkan untuk sesuatu yang secara nyata kita punyai? 
Sementara saya dengan kamu tak lebih dari dua orang yang menjalin ikatan tanpa nama. 
Kita bukan sepasang kekasih yang namanya tertulis jelas di situs jejaring sosial. 
Meskipun begitu, saya rasa kita juga terlalu dekat untuk dikategorikan sebagai teman.
Kamu telah menyentuh sebagian hati saya, meninggalkan jejak di sana, lalu menguasainya tanpa kamu sadari.

Ah ya, saya mengerti.
 

Barangkali yang saya takutkan bukanlah kehilangan kamu, melainkan kehilangan sebagian hati yang kamu ambil dari saya. 
Saya takut kamu terus-menerus membawanya hingga lupa untuk mengembalikannya pada saya, 
Saya benar-benar tak mau lagi jadi mati rasa. Saya juga khawatir, ketika saya mempercayai kamu untuk menjaga hati itu, 
kelak kamu akan mengembalikannya dalam bentuk yang tidak utuh,penuh luka dan goresan.
Jadi tolong, beri tau saya bagaimana harus membangun harapan tanpa takut kamu akan menghancurkannya suatu saat nanti.


aku lupa ternyata sudah hampir sebulan kita berpisah
dan kau tak lagi milik ku
Tapi....
Jika kelak kita bertemu lagi, mudah-mudahan kamu sudah putus dengannya dan saya juga sedang tidak menjalin hubungan apapun dengan siapapun.
namun jika tidak, saya berdoa agar saya sudah menemukan pengganti kamu.



Kamu? Saya rasa bukan urusan saya lagi.

Jika kelak kita bertemu lagi, saya berharap saya bukan lagi remaja labil berusia belasan tahun. Saya berharap saya sudah terlalu dewasa untuk dibutakan oleh cinta-cintaan. sehingga Saya tidak bisa lagi dibodohi reality show murahan yang penuh rekayasa.


Jika kelak kita bertemu lagi,
Sekali lagi,
Siapa yang tau akan jadi seperti apa?

I’ll never be the same, if we ever meet again..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar